1. Apakah perbedaan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi?
2. Tuliskan perbedaan antara Indonesia dengan Korea Selatan!
(dari berbagai macam aspek)
Jawaban:
1.Pertumbuhan Ekonomi
- Merupakan proses naiknya produk per kapita dalam jangka panjang.
- Tidak memperhatikan pemerataan pendapatan.
- Tidak memperhatikan pertambahan penduduk
- Belum tentu dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.
- Pertumbuhan ekonomi belum tentu disertai dengan pembangunan ekonomi
- Setiap input dapat menghasilkan output yang lebih banyak
Pembangunan ekonomi
- Merupakan proses perubahan yang terus menerus menuju perbaikan termasuk
usaha meningkatkan produk per kapita.
- Memperhatikan pemerataan pendapatan termasuk pemerataan pembangunan dan
hasil- hasilnya.
- Memperhatikan pertambahan penduduk.
- Meningkatkan taraf hidup masyarakat.
- Pembangunan ekonomi selalu dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi.
- Setiap input selain menghasilkan output yang lebih banyak juga terjadi
perubahan – perubahan kelembagaan dan pengetahuan teknik
2.Industri-Ekonomi Korea
Tepat 2 hari setelah Korea Selatan merdeka,
Indonesia juga memproklamir kemerdekaan setelah 2 kota besar Jepang dijatuhi
bom atom pada 6 dan 9 Agustus 1945. Sesaat setelah Indonesia memproklamirkan
kemerdekaan, Belanda dan sekutu (Inggris, Amerika Serikat dan cs) secara
berusaha menjajah kembali wilayah Indonesia. Pada saat yang sama, terjadi
pemberontakan diberbagai daerah di nusantara. Hal yang sama terjadi di Korea
Selatan. Tidak lama setelah merdeka, Korea mengalami perang saudara yang
disulut oleh kepentingan ideologi asing. Perang Korea pada 1950-1953 yang
menewaskan hampir 2.5 juta jiwa menghancurkan perekonomian dan stabilitas
negara yang baru berdiri.
Merdeka Pada Tahun yang Sama, Tapi Hasilnya
Berbeda
Dari segi usia dan sejarah pahit masa-masa
pra dan pasca kemerdekaan, Indonesia tidak jauh berbeda dengan Korea Selatan
(Korsel). Indonesia dan Korsel sama-sama
menjadi negara miskin setelah lama dijajah. Namun, ada satu hal yang sangat
mencolok antara Indonesia dan Korsel pada saat itu (dan sekarang). Indonesia
sangat kaya dengan sumber daya alam dan tanah yang subur, sementara Korea
sangat miskin dengan sumber daya alamnya. Dalam kondisi yang bertolakbelakang
ini, ternyata dalam beberapa dekade kemudian justru Indonesia tertinggal jauh
dibanding Korea. Bukan sebaliknya…..
Dari awalnya adalah negara pertanian
tradisional paling miskin, Korsel bangkit menjadi negara industri modern yang disegani dunia. Bayangkan, diawal-awal
Korsel harus bergantung pada utang luar negeri hanya sekadar bertahan, bukan
berkembang. Saking begitu miskinnya, AS juga sampai memutuskan mengurangi
bantuan karena mengira Korsel tidak akan pernah bisa tumbuh.
Dalam beberapa dekade kemudian, Korsel
mencetak prestasi yang sangat luar biasa sekaligus menjungkirkan semua
pandangan rendah terhadap bangsa Korea. Pada saat yang sama, bangsa Korea
bertekad untuk menyalip negara yang pernah menjajah dan negara yang pernah
memandang sebelah mata. Perihnya penjajahan Jepang membuat bangsa Korea harus
mengalahkan bangsa Jepang (dalam pengertian soft-power). Ditambah dengan sikap
AS yang awalnya memandang rendah justru membuat bangsa Korsel bangkit dan sadar
bahwa hanya kebijakan radikal dan semangat kebangsaan tinggi (atau istilah Bung
Karno : national and character building) yang bisa membebaskan perekonomian
dari stagnasi dan kemiskinan.
Indonesia yang kaya dengan sumber daya dan
hasil alamnya, meskipun merdeka pada tahun yang sama dengan Korea, bangsa
Indonesia ternyata tertinggal sangat jauh 4 dekade kemudian. Selama kurun
1960-1990, Korsel merupakan termasuk salah satu negara dengan pertumbuhan
ekonomi tercepat. Tahun 1988 (43 tahun kemerdekaan), Korsel sukses menjadi tuan
rumah Olimpiade Dunia 1988. Memasuki tahun 1990-an, Korea semakin menunjukkan
eksistensinya menjadi negara maju dengan pertumbuhan ekonomi dan indeks
pembangunan manusia yang tinggi.
Dan hingga saat ini, Korsel telah mengalahkan
banyak negara dunia termasuk Eropa. Korsel menjadi negara dengan kekuatan
ekonomi ke-15 terbesar dunia dan keempat di Asia setelah Jepang, China dan
India. Korsel menjadi salah satu negara eksportir barang manufaktur
berteknologi tinggi utama, mulai dari elektronik, mobil/bus, kapal,
mesin-mesin, petrokimia hingga robotik.
Salah satu kekuatan ekonomi Korsel digerakkan
oleh sistem jaringan. Bila bangsa China menggunakan akar jaringan rantau yang
berbasis pada klan/marga, dialek, lokalitas, perhimpunan dan terpenting
kepercayaan. Bangsa Korea juga menerapkan akar jaringan yang sama yakni
kepercayaan yang lebih dikenal dengan Chaebol. Jaringan Chaebol Korea merupakan
konglomerasi korporasi raksasa yang menguasai ekonomi Korea. Chaebol didukung
oleh keluarga, namun berbeda dengan Keiretsu di Jepang atau Grupo di Amerika
Latin, para pemimpin Chaebol hampir
tidak pernah memegang posisi resmi/legal chaebol yang dipegangnya. Diantara
konglomerasi Chaebol adalah korporasi raksasa Samsung, LG, Hyundai-Kia dan SK.
MS Oasis ini merupakan kapal penumpang
terbesar dunia. Kapal ini dibuat oleh perusahaan Korsel STX Europe.
Angka-Angka Fantastis Ekonomi Korea
Diawal tahun 1960-an, ekonomi bangsa
Indonesia tidak jauh berbeda dengan
Korea. Pada saat itu,perndapatan per kapita negara Korsel dan Indonesia
dibawah US 100 dolar. Indonesia dengan pendapatan per kapita sekitar USD 70 dan
Korea USD 80 per kapita. Lima puluh
tahun kemudian, income per kapita bangsa Korea Selatan naik menjadi USD 19.000,
sementara Indonesia baru menyentuh USD 2.200. Pendapatan per kapita Korsel naik
235 kali lipat dan Indonesia hanya naik 1/8-nya atau naik 31 kali.
Ini berarti, rata-rata rakyat Korsel
mengalami peningkatan pendapatan 490% per tahun, sementara kenaikan pendapatan
rata-rata rakyat Indonesia hanya 64% per tahun. Angka ini tentu tidak
menunjukkan realitas yang sesungguhnya, karena baik Korea maupun Indonesia
masih memiliki Indeks Gini yang tinggi (perbedaan antara si kaya dan miskin).
Berikut beberapa angka fantastis dari negeri
Korea Selatan :
Negara dengan kenaikan PDB lebih 400 kali
lipat dari USD 2,3 miliar (1962) menjadi USD 930 miliar (2008 )
Negara dengan kenaikan Income per capita
23500% dari USD 80 (1962) menjadi USD 19.000 (2008 )
Negara produsen terbesar dibidang perkapalan
(sumber). Salah satu produk fenomenal dari industri perkapalan Korea adalah
Kapal MS Oasis of the Seas. MS Oasis ini merupakan kapal penumpang terbesar
dunia. Kapal ini dibuat oleh perusahaan Korsel STX Europe. Termasuk Kapal
Perang RI (Sumber).
Negara produsen terbesar ke-3 dibidang
semikonduktor.
Negara produsen terbesar ke-4 dibidang
digital elektronik.
Negara produsen terbesar ke-5 masing-masing
dibidang otomotif, baja, tekstil dan petrokimia.
Negara dengan akses internet tercepat di
dunia (12 Negara Internet Tercepat Dunia)
Kekuatan ekonomi ke-4 terbesar di Asia
setelah Jepang, China dan India. Didunia Korsel menduduki peringkat ke-15.
Negara eksportir terbesar ke-11 dunia. Atau menduduki eksportir terbesar ke-3 Asia
setelah China (2 dunia) dan Jepang (4
dunia). Sementara Indonesia berada di peringkat 31.
Negara dengan 97% eskpor merupakan produk
manufaktur berteknologi tinggi.
Negara dengan cadangan devisa terbesar ke-4
dunia.
Negara dengan pertumbuhan ekspor rata-rata
30% selama 3 dekade. Nilai ekspor naik dari 3% GDP (1962) menjadi 37% GDP
(2000)
Negara dengan Indeks Pembangunan Manusia
(HDI) tinggi. Peringkat 26 dari 180 negara. Sementara HDI Indonesia berada di
peringkat 111 dan lain-lain.
Belajar dari Kunci Sukses Korea Selatan
Bagaimana dari negara miskin sumber daya,
Korsel bisa membangun kekuatan industri yang begitu dahsyat? Kasus Korsel
menunjukkan kunci sukses suatu pembangunan ekonomi bukan terletak pada ada atau
tidaknya SDA, tetapi pada ada tidaknya kemauan dan kemampuan manusianya,
terutama level pemimpinnya, dan pada pilihan pilihan strategi kebijakan (Sri
Hartati Samhadi).
Menurut ekonom Korea Institut for
International Economic Policy, Chuk Kyo Kim,
keberhasilan Korea Selatan dapat tidak lepas dari perhatian besar
pemerintah Korsel pada pendidikan, pembangunan sumber daya manusia, serta
investasi agresif di kegiatan penelitian dan pengembangan.
Disamping faktor besar dari pemerintah,
kesuksesan Korsel juga tidak lepas dari pembangunan karakter dan kebangsaan
rakyat Korsel yang tangguh. Tumbunya jiwa kewiraswastaan, tenaga kerja yang
sangat terlatih, pengelolaan utang luar negeri yang baik, pemerintahan yang
relatif bersih, makroekonomi yang solid, dan kondisi sosial-politik yang
relatif bebas dari konflik.
Keberhasilan Korsel jelas didukung budaya
kerja keras dan etos kerja yang tinggi. Orang Korsel dikenal sebagai pekerja
keras, dengan jam kerja jauh lebih panjang dibandingkan negara-negara yang
tergabung dalam Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) lain.
Faktor lain adalah adanya kemitraan kuat antara pemerintah, swasta dan
masyarakat, serta kemampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan cepat terhadap
perubahan teknologi dan tantangan baru.
Dari sisi strategi kebijakan, dari awal
penguasa Korsel menyadari pentingnya mengembangkan sektor generatif. Hal itu
meliputi sektor-sektor ekonomi unggulan yang secara simultan bisa menjadi
sumber akumulasi kapital dan memungkinkan terjadinya pertumbuhan berbagai industri
turunan dan industri terkait, sekaligus sumber inovasi teknologi dan
kelembagaan, seperti pada kasus industri baja dan industri pembuatan kapal.
Industri baja yang kuat menjadi katalis bagi
tumbuhnya industri otomotif, pembangunan kapal, peti kemas, jalan raya,
konstruksi, dan industri perlengkapan rumah tangga, yang saling mendukung dan
memperkuat. Sementara itu, industri pembuatan kapal melahirkan industri
rekayasa elektrik, elektronik, kimia, material, dan mekanis.
Jadi, selain “political will” pemerintah
Korsel yang tinggi terhadap pembangunan bangsanya, mentalitas rakyat Korea
sudah terbentuk dengan bangga dan cinta menggunakan produk lokal. Orang Korea
paling benci menggunakan produk dari negara yang pernah menjajahnya yakni
Jepang. Untuk menggunakan produk canggih, secara bertahap dan mandiri, mereka
memproduksi sendiri. Karakter bangsa yang cinta akan produk dalam negeri ini
membuat perusahaan-perusahaan raksasa Korea jaya didalam negeri sekaligus
bertahap jaya di luar negeri.
Produk-produk Samsung Electronics, POSCO,
Hyundai Motor, KB Financial Group, Shinhan Financial Group, Samsung Life
Insurance, Korea Electric Power, LG Electronics, Hyundai Mobis, LG Chem menjadi
pilihan utama warga Korea. Produk-produk perusahaan Korea dapat ditemukan disetiap
sisi jalan (mobil dan motor), setiap individu (ponsel, kamera), setiap rumah
(televisi, mesin cuci, AC, rice cooker dll).
Hyundai Genesis Coupe, mobil mewah/lux yang
diproduksi oleh PT Hyundai Kia Automotive Group, perusahaan mobil nomor 4 dunia
setelah Toyota, GM dan Volkswagen
Pertumbuhan Industri indonesia
JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Lembaga
Pengkajian Penelitian dan Pengembangan Ekonomi (LP3EI) Kadin Indonesia Didik J
Rachbini menilai, pertumbuhan industri tahun 2011 sebesar 5,9 persen masih rendah
jika dibandingkan tahun 1990 -an yang bisa mencapai 12-14 persen.
"Sektor industri sekarang ini tumbuhnya
rendah. Tahun 2011 mulai tumbuhnya 5,9 persen tapi masih rendah," ujar
Didik usai menghadiri acara Catatan Akhir Tahun Menyosong 2012 , di Jakarta,
Rabu ( 28/12/2011 ).
Menurut catatan Kadin Indonesia, pertumbuhan
industri ini baru berjalan dalam dua tahun belakangan. Tahun 2009 , industri
tumbuh 2,2 persen. Lalu naik menjadi 4,5 persen pada 2010 . Tetapi tetap saja,
angka pertumbuhan ini masih jauh dari pertumbuhan industri pada 1990 -an yang
bisa mencapai dua digit. Bahkan, industri saat itu bisa tumbuh hingga dua kali
lipat atau 200 persen lebih besar ketimbang angka pertumbuhan ekonomi nasional
sendiri. "Tahun-tahun depan harus 8-9 persen," tambah Didik.
Untuk meningkatkan pertumbuhan, menurutnya,
yakni dengan mengatur barang-barang impor agar tidak masuk dengan mudah. Ini
bisa dilakukan dengan perlindungan non-tarif maupun dengan standarisasi produk.
Karena, menurut Kadin Indonesia, masuknya
barang-barang luar negeri inilah yang menyebabkan pertumbuhan industri terus
merosot. Bahkan banyak analis melihat ada proses deindustrialisasi pada sektor
industri selama dua dekade terakhir.
Alhasil, porsi sektor industri terhadap PDB
pun hanya 25 persen. Ke depan, kata Didik, porsi tersebut harus menjadi 30
persen. Oleh karena itu, pemerintah perlu mengembangkan manufaktur berbasis
ekspor seperti kelapa sawit, karet, dan kakao. Produk-produk ini, sebut Didik,
harus diolah sehingga ekspor pun tidak lagi berupa bahan mentah.